endass

Mewujudkan Madrasah yang BERIMAN (Berkualitas, Edukatif, Ramah, Inovatif, Maju, Amanah dan Nyaman)

Minggu, 30 November 2014

Adat NGAROT



Adalah merupakan upacara tradisional masyarakat Desa Lelea yang dilakukan pada saat tibanya musim menggarap sawah, yaitu menjelang musim hujan sekitar bulan Oktober sampai Desember. Adapun harinya telah ditetapkan yaitu hari Rabu yang dipercayai oleh masyarakat bahwa hari Rabu mempunyai sifat bumi yang cocok untuk mengawali musim tanam.
Ngarot berasal dari kata ”Nga – rot” (basa Sunda) yaitu istilah minum/ngaleueut. Adapun Kasinoman asal kata Sinom yaitu daun asam muda yang diartikan sekelompok muda-mudi yang dinamis dan kreatif.
Upacara Adat Ngarot dimulai seiak abad 17 M, yang pertama melaksanakan Upacara Adat Ngarot adalah salah seorang Tokoh masyarakat yang bernama Ki Kapol yang selanjutnya menjadi Kuwu Desa Lelea ke II setelah Cangga Wreni (Kuwu ke I). Sedangkan peninggalan Ki Kapol yang masih terpelihara hingga sekarang yaitu Sawah Kasinoman, sawah yang digarap oleh para Kasinoman (muda-mudi) dengan tujuan hasil dari sawah tersebut dijadikan biaya Upacara/pesta Ngarot tahun berikutnya.
Susunan Acara prosesi Upacara Adat Ngarot
1. Pembukaan
2. Pembacaan Sejarah Singkat NGAROT
3. Sambutan Kuwu Desa Lelea
4. Prosesi Penyerahan Peralatan Pertanian kepada Para Kasinoman
5. Pemukulan GONG/bareng oleh Kuwu sebagai tanda dimulainya Pesta Kasinoman.
Penjelasan Acara No.4:
1. Penyerahan Benih oleh Kuwu artinya :
   Untuk ditanam sehingga dapat hasil panen yang melimpah.
2. Penyerahan Kendi berisi air putih oleh Ibu Kuwu artinya : Air tamba sebagai obat   
    dan penyubur tanarnan padi.
3. Penyerahan Cangkul  oleh Raksa Bumi artinya : Agar mengolah sawah dengan sempurna
4. Penyerahan pupuk oleh  Tua Desa artinya :
    Agar tanaman padi tetap subur dan hasil panen yang melimpah.
5. Penyerahan Ruas Bambu Kuning. Daun Andong dan Kelararas Daun Pisang oieh Lebe     artinya :  Agar tanaman padi terhindar dari serangan hama.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=437&lang=id#sthash.LcBP06vz.dpuf


Sejarah adat Ngarot
Pada tahun 1681, Lelea masuk wilayah kekuasaan kerajaan Sumedang Larang, oleh karena itu bahasa asli penduduk desa Lelea ialah bahasa Sunda. Ngarot adalah salah satu adat istiadat yang ada di desa Lelea Kabupaten Indramayu di lakukan oleh masyarakat Lelea secara turun temurun hingga sekarang dengan tidak terputus putus. Pada awalnya pelaksanaan upacara adat Ngarot tidak di balai desa akan tetapi di laksanakan di balai adat.
Upacara Ngarot dirintis oleh kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686. Kuwu Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta adat Ngarot sebagai ungkapan rasa syukur kepada tetua kampung bernama Ki Buyut Kapol, yang telah rela memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m2. Sawah tersebut digunakan para petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik. Demikian pula bagi kaum wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar bekerja seperti tandur, ngarambet (menyiangi), memanen padi, atau memberi konsumsi kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah itu.
Kata Ngarot dari bahasa Sansekerta berarti Ngaruwat artinya membersihkan diri dari segala noda dan dosa akibat kesalahan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang pada masa lalu. Sedangkan menurut bahasa Sunda kuno Ngarot mempunyai arti minum, oleh pribumi disebut Kasinoman, karena pelakunya para kawula muda ( si enom artinya anak muda ). Pada perkembangannya upacara adat Ngarot dijadikan sebagai ajang mencari jodoh bagi muda-mudi penduduk setempat.
Pelaksanaan acara adat Ngarot di desa Lelea
Adat Ngarot adalah upacara tradisional masyarakat yang dikenal hanya dari desa Lelea yang dilakukan pada saat tibanya musim menggarap sawah, yaitu menjelang musim hujan sekitar bulan Oktober sampai Desember. Adapun harinya telah ditetapkan yaitu hari Rabu yang dipercayai oleh masyarakat bahwa hari Rabu mempunyai sifat bumi yang cocok untuk mengawali musim tanam.
Upacara adat Ngarot juga tidak hanya di Desa Lelea tetapi juga ada di desa tetangganya seperti di Desa Tamansari, Desa Tunggulpayung dan Desa Jambak
Pelaksanaan Acara adat Ngarot di desa Jambak
Di Desa Jambak Kecamatan Cikedung acara Ngarot biasanya dilaksanakan pada hari Sabtu dipertengahan bulan Desember. Kegiatan acaranya adalah mengarak perjaka dan perawan dari desa Jambak keliling desa dan kemudian berkumpul di balai desa. Mereka dipisah saling berhadapan dalam satu lingkaran luas dimana ditengah mereka ada pertunjukan tari Topeng. Disini ada kesempatan sang perjaka dan para gadis itu saling melihat diantara mereka untuk memilih untuk menjadi calon pendamping dalam perkawinan mereka kelak. Dalam prosesi ini sang gadis benar-benar diproteksi oleh orang tua dan keluarganya. Jadi tidak benar jika ada anggapan bahwa gadis peserta adat Ngarot gadis murahan. Untuk menjadi peserta pun tidak mudah karena ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.
Dan yang perlu diketahui juga bahwa di desa Lelea dan desa Jambak ada peraturan yang menabukan sang gadis atau perjaka asli setempat menikah dengan gadis atau perjaka desa lain, ini bukti kuatnya tradisi ini. Jika ada pernikahan dengan penduduk luar desa biasanya bukan penduduk asli desa Lelea atau desa Jambak atau statusnya sudah janda/duda.
Makna Yang Terkandung Dalam Upacara Adat Ngarot
Upacara adat ngarot ini dimulai pada pagi hari pukul 8.30 WIB, setelah para peserta berkumpul di halaman rumah Kuwu/Kepala Desa Lelea. Berbagai peserta dan perangkat kegiatan, seperti muda mudi, kepala desa, pamong desa, wakil lembaga desa, seniman dan para wisatawan turut hadir untuk memeriahkan kegiatan tersebut.
peserta-adat-ngarot
Para peserta upacara adat Ngarot
Setiap peserta yang mengikuti upacara adat ngarot, diwajibkan untuk menggenakan pakaian khas yang menjadi simbol dari masyarakat agraris. Remaja putri mengenakan busana kebaya berselendang yang dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti kalung, gelang, cincin, dan hiasan rambut yang terdiri dari rangkaian bunga-bunga seperti bunga kenanga, melati, dan kertas. Sedangkan remaja putra mengenakan busana baju komboran dan celana “gombrang” atau longgar berwarna hitam yang dilengkapi dengan ikat kepala.
Simbol pada pakaian kebaya dan komboran yang dikenakan oleh para peserta tersebut, memberikan pesan agar masyarakat harus tetap menjaga dan melestarikan pakaian adat petani. Sementara selendang yang digunakan oleh remaja putri, mengandung pesan bahwa mereka harus selalu menjaga penampilan fisik agar terlihat cantik dan menarik. Selain itu, aksesoris yang digunakan pun mempunyai makna tertentu. Pada bunga kenanga misalnya, pesan yang terkandung didalamnya adalah agar remaja putri tetap menjaga keperawanannya, bunga melati mengandung pesan agar remaja putri menjaga kebersihan diri dan kesuciannya, bunga kertas mengandung pesan bahwa remaja putri harus tetap menjaga kecantikannya sebagai kembang desa. Sedangkan simbol pada aksesoris kalung, gelang, dan cincin mengandung pesan bahwa petani harus bekerja dengan giat dalam menggarap sawah agar hasil panennya melimpah, dan ikat kepala yang digunakan oleh remaja putra mengandung pesan bahwa seorang jajaka harus mampu melindungi serta mengayomi keluarga dan masyarakat.
Sejatinya acara adat Ngarot dimaksudkan untuk mengumpulkan para muda mudi yang akan diserahi tugas pekerjaan program pembangunan di bidang pertanian sambil menikmati minuman dan hiburan kesenian di balai desa. Acara pertemuan tersebut penuh keakraban dan saling bermaafan bila ada kesalahan diantara mereka. Pada dasarnya yang paling utama dari pertemuan tersebut agar para muda mudi menyadari bahwa tidak lama lagi mereka akan turun ke sawah, bekerja dan mengolah sawah bersama-sama, gotong royong saling bahu membahu secara sukarela, maka acara tersebut dinamakan “durugan”
Ngarot bertujuan untuk membina pergaulan yang sehat, agar para muda mudi saling mengenal, saling menyesuaikan sikap, kehendak dan tingkah laku yang luhur sesuai dengan nilai-nilai budaya nenek moyang kita orang timur.



Adalah merupakan upacara tradisional masyarakat Desa Lelea yang dilakukan pada saat tibanya musim menggarap sawah, yaitu menjelang musim hujan sekitar bulan Oktober sampai Desember. Adapun harinya telah ditetapkan yaitu hari Rabu yang dipercayai oleh masyarakat bahwa hari Rabu mempunyai sifat bumi yang cocok untuk mengawali musim tanam.
Ngarot berasal dari kata ”Nga – rot” (basa Sunda) yaitu istilah minum/ngaleueut. Adapun Kasinoman asal kata Sinom yaitu daun asam muda yang diartikan sekelompok muda-mudi yang dinamis dan kreatif.
Upacara Adat Ngarot dimulai seiak abad 17 M, yang pertama melaksanakan Upacara Adat Ngarot adalah salah seorang Tokoh masyarakat yang bernama Ki Kapol yang selanjutnya menjadi Kuwu Desa Lelea ke II setelah Cangga Wreni (Kuwu ke I). Sedangkan peninggalan Ki Kapol yang masih terpelihara hingga sekarang yaitu Sawah Kasinoman, sawah yang digarap oleh para Kasinoman (muda-mudi) dengan tujuan hasil dari sawah tersebut dijadikan biaya Upacara/pesta Ngarot tahun berikutnya.
Susunan Acara prosesi Upacara Adat Ngarot
1. Pembukaan
2. Pembacaan Sejarah Singkat NGAROT
3. Sambutan Kuwu Desa Lelea
4. Prosesi Penyerahan Peralatan Pertanian kepada Para Kasinoman
5. Pemukulan GONG/bareng oleh Kuwu sebagai tanda dimulainya Pesta Kasinoman.
Penjelasan Acara No.4:
1. Penyerahan Benih oleh Kuwu artinya :
   Untuk ditanam sehingga dapat hasil panen yang melimpah.
2. Penyerahan Kendi berisi air putih oleh Ibu Kuwu artinya : Air tamba sebagai obat   
    dan penyubur tanarnan padi.
3. Penyerahan Cangkul  oleh Raksa Bumi artinya : Agar mengolah sawah dengan sempurna
4. Penyerahan pupuk oleh  Tua Desa artinya :
    Agar tanaman padi tetap subur dan hasil panen yang melimpah.
5. Penyerahan Ruas Bambu Kuning. Daun Andong dan Kelararas Daun Pisang oieh Lebe     artinya :  Agar tanaman padi terhindar dari serangan hama.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=437&lang=id#sthash.LcBP06vz.dpuf


Adalah merupakan upacara tradisional masyarakat Desa Lelea yang dilakukan pada saat tibanya musim menggarap sawah, yaitu menjelang musim hujan sekitar bulan Oktober sampai Desember. Adapun harinya telah ditetapkan yaitu hari Rabu yang dipercayai oleh masyarakat bahwa hari Rabu mempunyai sifat bumi yang cocok untuk mengawali musim tanam.
Ngarot berasal dari kata ”Nga – rot” (basa Sunda) yaitu istilah minum/ngaleueut. Adapun Kasinoman asal kata Sinom yaitu daun asam muda yang diartikan sekelompok muda-mudi yang dinamis dan kreatif.
Upacara Adat Ngarot dimulai seiak abad 17 M, yang pertama melaksanakan Upacara Adat Ngarot adalah salah seorang Tokoh masyarakat yang bernama Ki Kapol yang selanjutnya menjadi Kuwu Desa Lelea ke II setelah Cangga Wreni (Kuwu ke I). Sedangkan peninggalan Ki Kapol yang masih terpelihara hingga sekarang yaitu Sawah Kasinoman, sawah yang digarap oleh para Kasinoman (muda-mudi) dengan tujuan hasil dari sawah tersebut dijadikan biaya Upacara/pesta Ngarot tahun berikutnya.
Susunan Acara prosesi Upacara Adat Ngarot
1. Pembukaan
2. Pembacaan Sejarah Singkat NGAROT
3. Sambutan Kuwu Desa Lelea
4. Prosesi Penyerahan Peralatan Pertanian kepada Para Kasinoman
5. Pemukulan GONG/bareng oleh Kuwu sebagai tanda dimulainya Pesta Kasinoman.
Penjelasan Acara No.4:
1. Penyerahan Benih oleh Kuwu artinya :
   Untuk ditanam sehingga dapat hasil panen yang melimpah.
2. Penyerahan Kendi berisi air putih oleh Ibu Kuwu artinya : Air tamba sebagai obat   
    dan penyubur tanarnan padi.
3. Penyerahan Cangkul  oleh Raksa Bumi artinya : Agar mengolah sawah dengan sempurna
4. Penyerahan pupuk oleh  Tua Desa artinya :
    Agar tanaman padi tetap subur dan hasil panen yang melimpah.
5. Penyerahan Ruas Bambu Kuning. Daun Andong dan Kelararas Daun Pisang oieh Lebe     artinya :  Agar tanaman padi terhindar dari serangan hama.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=437&lang=id#sthash.LcBP06vz.dpuf


Adalah merupakan upacara tradisional masyarakat Desa Lelea yang dilakukan pada saat tibanya musim menggarap sawah, yaitu menjelang musim hujan sekitar bulan Oktober sampai Desember. Adapun harinya telah ditetapkan yaitu hari Rabu yang dipercayai oleh masyarakat bahwa hari Rabu mempunyai sifat bumi yang cocok untuk mengawali musim tanam.
Ngarot berasal dari kata ”Nga – rot” (basa Sunda) yaitu istilah minum/ngaleueut. Adapun Kasinoman asal kata Sinom yaitu daun asam muda yang diartikan sekelompok muda-mudi yang dinamis dan kreatif.
Upacara Adat Ngarot dimulai seiak abad 17 M, yang pertama melaksanakan Upacara Adat Ngarot adalah salah seorang Tokoh masyarakat yang bernama Ki Kapol yang selanjutnya menjadi Kuwu Desa Lelea ke II setelah Cangga Wreni (Kuwu ke I). Sedangkan peninggalan Ki Kapol yang masih terpelihara hingga sekarang yaitu Sawah Kasinoman, sawah yang digarap oleh para Kasinoman (muda-mudi) dengan tujuan hasil dari sawah tersebut dijadikan biaya Upacara/pesta Ngarot tahun berikutnya.
Susunan Acara prosesi Upacara Adat Ngarot
1. Pembukaan
2. Pembacaan Sejarah Singkat NGAROT
3. Sambutan Kuwu Desa Lelea
4. Prosesi Penyerahan Peralatan Pertanian kepada Para Kasinoman
5. Pemukulan GONG/bareng oleh Kuwu sebagai tanda dimulainya Pesta Kasinoman.
Penjelasan Acara No.4:
1. Penyerahan Benih oleh Kuwu artinya :
   Untuk ditanam sehingga dapat hasil panen yang melimpah.
2. Penyerahan Kendi berisi air putih oleh Ibu Kuwu artinya : Air tamba sebagai obat   
    dan penyubur tanarnan padi.
3. Penyerahan Cangkul  oleh Raksa Bumi artinya : Agar mengolah sawah dengan sempurna
4. Penyerahan pupuk oleh  Tua Desa artinya :
    Agar tanaman padi tetap subur dan hasil panen yang melimpah.
5. Penyerahan Ruas Bambu Kuning. Daun Andong dan Kelararas Daun Pisang oieh Lebe     artinya :  Agar tanaman padi terhindar dari serangan hama.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=437&lang=id#sthash.LcBP06vz.dpuf

Sabtu, 29 November 2014

Antara CIMPLO dan Bulan Safar

Memasuki bulan Safar pada perhitungan kalender Qomariyah (Hijriyah_Perhitungan bulan umat Islam). Di daerah saya biasa menyebut bulan Safar dengan bulan “Bala”. Entah kenapa disebut bulan Bala saya sendiri kurang tahu persis. Tetapi kalau dilihat dari arti bahasa “Bala” berasal dari Bahasa Arab yang berarti  bencana/wabah”. Ada mitos yang sampai sekarang masih dipercaya,  konon pada bulan tersebut Allah menurunkan 1000 penyakit ke bumi untuk penghuni planet bumi ini, khususnya manusia, benar tidaknya Wallahu ‘alam .. Mungkin itu alasannya kenapa disebut bulan “bala”?

Ada yang unik di masyarakat Indramayu kususnya di daerah saya (Desa Tugu Kecamatan Lelea - Indramayu.) dalam menyambut kedatangan bulan Safar (Bala) yakni Tradisi membuat Apem. Ada yang menyebutnya Cimplo atau entah apa namanya di daerah anda (mirip Surabi sih..) bentuknya bulat pipih dengan dm + 4/5cm terbuat dari tepung beras yang difermentasi. Cara makannya dicocol dengan gula merah yang dicairkan dicampur parutan kelapa (Saosnya..?) lebih nikmat dimakan ketika masih panas..Top-Markotop lah…

 
Apem/Cimplo yang sudah matang akan dibagikan ke tetangga dan sanak saudara sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah, dan yang terpenting … menolak wabah/bencana yang mereka yakini akan datang di bulan tersebut. Dan siapapun yang bikin Apem/Cimplo akan bergantian berbagi ke tetangga-tetangga (kayak tukar-tukar kado begitu..). hal ini akan berlanjut selama bulan Safar. Makanya kue Apem/Cimplo tidak akan bisa dinikmati di luar bulan safar, karena memang adanya hanya di bulan itu..(Mirip buah-buahan ya..musiman).