(dapat kopipasta)
Ponpes Nurul Huda Munjul Kec. Astanajapura Kab. Cirebon Propinsi Jawa Barat sebelah tenggara Kota Cirebon sekitar 15 Km terletak di lereng gunung ciremai. Pesantren berdiri pada tahun 1970 M. dengan pendirinya bernama K. Abdullah bin K. Abdullah bin K. Abdul Jabbar bin K. Besus Abdurrahman (Syarif Abdurrahman Al-Utsmany). Beliau dikenal dengan sebutan Embah Abdullah Lebu. Pesantren ini pindahan dari Kalijaga Kota Cirebon pada periode permulaannya. K. Abdullah dalam merintis pesantren beliau membuat pemandian dengan sebutan istilah Munjul Balong Gede (keramat). Menurut cerita orang tua tanah yang dibuat peandian itu adalah sebuah jelumbang kecil yang biasa digunakan untuk guyang/ mendinya Kebo Bule Syekh Abdul Karim yaitu seorang diantara muridnya Sunan Gunung Jati Cirebon. Adapun kebo bule tersebut menarik pedati pekalangan yang sampai sekarang pedatinya masih ada di pekalangan. K. Abdullah Lebu wafat pada tahun 1814 M dan dimakamkan di Pesantren Munjul.
Ponpes Nurul Huda Munjul Kec. Astanajapura Kab. Cirebon Propinsi Jawa Barat sebelah tenggara Kota Cirebon sekitar 15 Km terletak di lereng gunung ciremai. Pesantren berdiri pada tahun 1970 M. dengan pendirinya bernama K. Abdullah bin K. Abdullah bin K. Abdul Jabbar bin K. Besus Abdurrahman (Syarif Abdurrahman Al-Utsmany). Beliau dikenal dengan sebutan Embah Abdullah Lebu. Pesantren ini pindahan dari Kalijaga Kota Cirebon pada periode permulaannya. K. Abdullah dalam merintis pesantren beliau membuat pemandian dengan sebutan istilah Munjul Balong Gede (keramat). Menurut cerita orang tua tanah yang dibuat peandian itu adalah sebuah jelumbang kecil yang biasa digunakan untuk guyang/ mendinya Kebo Bule Syekh Abdul Karim yaitu seorang diantara muridnya Sunan Gunung Jati Cirebon. Adapun kebo bule tersebut menarik pedati pekalangan yang sampai sekarang pedatinya masih ada di pekalangan. K. Abdullah Lebu wafat pada tahun 1814 M dan dimakamkan di Pesantren Munjul.
Ponpes
Munjul setelah wafatnya Embah Abdullah Lebu mengalami kefakeman karena
penerus pertama K. Syamsuddin bin K. Abdullah Lebu belum dewasa.
Pesantren Munjul dibawah pimpinan K. Syamsuddin mulai dikenal. Dan
diantara hasil prakarsa beliau yang dapat dikenang sampai sekarang
adalah pembuatan jalan-jalan dan jembatan disekitar pesantren dan juga
pemeliharaan pemandian. Pada tahun 1904 M beliau sudah berusia lanjut,
maka pimpinan pesantren diserahkan kepada putranya yang bernama K. Zaenal
Asyikin. K. Syamsuddin wafat pada tahun 1930 M dalam usia 110 tahun dan
dimakamkan di Pesantren Munjul.
Pada
periode K. Zaenal Asyikin bin K. Syamsuddin mulai membangun masjid dan
asrama santri semi permanen. Pada periode ini mulai banyak santrinya dan
banyak santri yang menjadi pejuang Kemerdekaan RI. Adapun para putranya
menyebar kedaerah-daerah lain dan menjadi pemuka agama (kiai). K.
Zaenal Asyikin wafat pada tahun 1945 M setelah merdeka dalam usia 85
tahun dan dimakamkan dipesantren Munjul.
Kegiatan
ponpes selanjutnya dipimpin oleh putranya yaitu K. M. Fathoni bin K.
Zaenal Asyikin. (K. Fathoni wafat pada tahun 1973 dalam usia 80 tahun
dan dimakamkan dipesantren Munjul). Sebelum K. Fathoni wafat, beliau
telah menyerahkan kepemimpinan ponpes kepada adiknya yang bernama K.
Khazim bin K. Zaenal Asyikin. Pada awal kepemimpinannya, K. Khazim
mengalami benturan dari pihak penjajah (masa perjuangan mempertahankan
kemerdekaan), sehingga kiyai dan santrinya ikut berjuang , tetapi
beliau masih sempat mendirikan Madrasah pada tahun 1947 (yang sekarang
disebut Madrasah Ibtidaiyah) dan beliaulah yang memberi nama Ponpes Nurul
Huda.
Adapun
MI diberi nama "Nurul Huda", dengan kepala Madrasah yang pertama K. M.
Durri bin K. Agus Syarif bin K. Syamsuddin kurang lebih sampai tahun
1963 M. dan dilanjutkan sebagai Kepala MI yang kedua K. Lukman Hakim bin
K. Agus Syarif sampai tahun 1966 dan dilanjutkan oleh K. A. Busyaeri
bin K. Agus Syarif sampai tahun 1992 beliau pensiun dan dilanjutkan oleh
K. Asnawi bin K. Dahlan menantu K. Ahmad Fathoni.
Adapun
pemberian nama "Nurul Huda" yang diberikan oleh K. Khazim merupakan
suatu hal yang tidak dilupakan, menjelang akhir hayatnya yaitu tahun
1972 M arah dan perhatiannya terhadap politik kenegaraan sudah terbukti
dengan aktifnya beliau sebagai salah seorang pendukung orde baru dalam
wadah organisasi GOLKAR. Sejak langkah beliau ini oleh penerus dan
pengikut/santrinya masih tetap dipertahankan. K. Khazim wafat pada tahun
1979 M dalam usia 79 tahun dan dimakamkan dipesantren Munjul.
Sepeninggal
K. Khazim, pimpinan pesantren dipegang oleh adiknya yaitu K. M. Munir
bin K. Zaenal Asyikin, dengan didampingi oleh KH. Jauhar Maknun bin KH.
Moh. Ridwan Yasin bin K. Zaenal Asyikin. Pada periode ini ponpes Munjul
merubah sistem pendidikan dari sistem salaf menjadi system salaf dan
madrasah, dan mulai menerima santri putri. Pada tanggal 26 Februari 1981
mendirikan yayasan dengan nama "YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM NURUL HUDA"
dan pesantren dibawah naungan yayasan. Pada tanggal 18 Juli 1983
mendirikan Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda dengan Kepala Madrasah yang
pertama adalah Ny. Hj. U. Ulwiyah binti K. Moh. Durri sampai dengan
tahun 1993. Dan dilanjutkan oleh K. Drs. Hasan Makmun bin KH. Jauhar
Maknun sampai tahun 1994. Dan pada tahun 1995 dilanjutkan oleh Bpk A.
Muchyiddin bin K. Zainal Abidin bin K. M. Fathoni.
Selanjutnya
pada tanggal 25 Juli 1986 mendirikan Madrasah Aliyah dengan Kepala Madrasah yang pertama K. M. Zaenal Muttaqin bin K. Zaenal Asyikin sampai
tahun 1993 dan dilanjutkan oleh Ny. Hj. U. Ulwiyah.
K. M. Munir wafat pada tahun 1993 dalam usia 68 tahun dan dimakamkan di Pesantren Munjul.
Kemudian
sekarang pimpinan pesantren dipegang oleh K. Zaenal Muttaqin . pada
tanggal 26 Agustus 1994 mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK).(dikutip dari : http://qirabablog.blogspot.com/2010/09/sejarah-ponpes-munjul.html)
demikian, mungkin ada informasi tambahan dari "Santri Munjul", monggo dipersilahkan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar