PORSADIN I TINGKAT NASIONAL
DUTAonline,
JAKARTA – Salah satu institusi pendidikan keagamaan Islam di Indonesia
adalah Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) yang secara harfiyah artinya
sekolah pelengkap pendidikan agama (suplemen). Pendidikan agama ini
diselenggarakan oleh masyarakat di luar jam belajar selepas anak-anak
pulang sekolah. Sebagian masyarakat menyebut pendidikan agama ini dengan
“Sekolah Agama” disebut juga “Sekolah Arab” atau “Sekolah Diniyah”
Pekan Olahraga dan Seni antar-Madrasah Diniyah Takmiliyah (PORSADIN)
ke-I tingkat Nasional digelar hasil kerja sama Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pondok Pesantren (Ditpontren) Dirjen Pendidikan Islam
Kementrian Agama RI, dan Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT)
serta pihak terkait. Porsadin I mengangkat tema “Membentuk Santri
Diniyah Takmiliyah yang Berakhlak Mulia, Kuat, Cerdas dan Ceria”.
Acara yang akan berlangsung selama 3 hari (22-24 November) ini diikuti
sekitar 500 atlet dan official dari santri Madrasah Diniyah Takmiliyah
se-Indonesia. Cabang-cabang olahraga dan seni yang diperlombakan dalam
ajang adu ketangkasan dan kreasi santri Madrasah Diniyah Takmiliyah ini
adalah Lari 100 meter, Futsal, Cerdas Cermat, Tahfidz Juz 30, dan Pidato
Bahasa Arab.
Menteri Agama (Menag) Dr Suryadharma Ali, Msi secara resmi membuka
perhelatan akbar Pekan Olahraga dan Seni antar-Madrasah Diniyah
(Porsadin) I tingkat Nasional di Lapangan Museum Purnabhakti Pertiwi,
Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Jumat (22/11).
Hadir dalam pembukaan Porsadin, sejumlah tokoh, ulama dan pejabat
negara. Di antaranya, Dirjen Pendidikan Islam (Prof Dr Nur Syam),
Direktur PD Pontren (H A Saefuddin, MA), para Kakanwil Kemenag Provinsi,
Pengasuh PP Al-Falah dan PP Darunnajah, serta Pengurus Forum Komunikasi
Diniyah Takmiliyah (FKDT) se-Indonesia.
Menag Suryadharma Ali menegaskan bahwa Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT)
memiliki jasa yang luar biasa bagi Indonesia. MDT sudah melaksanakan
tugas mencerdaskan anak bangsa, bahkan sejak Indonesia belum merdeka.
Oleh karena itu, Menag mengajak jajarannya di Kanwil dan Kankemenag,
serta para Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk memperhatikan madrasah
warisan para ulama.
“Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren saya minta untuk
mengelola MDT sebaik-baiknya. Kepala Kanwil dan Kepala Kankemenag agar
turun ke bawah melihat langsung kondisi madrasah,” pinta Menag.
Menag merasakan bahwa penyelenggara Madrasah Diniyah sudah lama
menderita, sehingga sudah waktunya untuk bangkit dan sejahtera. “Saya
sudah menangkap lama, jeritan penderitaan guru MDT. Saya tidak
bosan-bosan selalu meneriakan di banyak kesempatan, terutama di hadapan
Gubernur, Bupati, dan Walikota agar Pemda tidak mengharamkan APBD-nya
untuk pendidikan agama,” terang Menag semangat.
Menag menegaskan bahwa masalah pendidikan siswa MDT dan santri pondok
pesantren itu jangan dianggap hanya sebagai urusan pusat, melainkan
tangggung jawab semua. “Kalau menyangkut pendidikan, itu urusan
kedua-duanya. Anak yang belajar di madrasah itu bukan hanya anak Menag,
tapi juga anak Gubernur, Bupati, dan Walikota. Karenanya, wajar jika
Gubernur, Bupati, dan Walikota menyisihkan APPBD-nya untuk Madrasah
Diniyah Takmiliyah,” tambahnya.
Sementara itu, Dirjen Pendidikan Agama Islam Kemenag RI, Prof Dr Nur
Syam, menyambut gembira atas terselenggaranya Porsadin I tingkat
Nasional di Jakarta, sehingga Porsadin II bisa terselenggara kembali.
Porsadin I harus membawa perubahan Madrasah Diniyah Takmiliyah ke arah
yang lebih baik. Kesejahteraan para penyelenggaranya bisa meningkat dan
keberadaan madrasah Diniyah diperhatikan oleh pemerintah. “Hidup
madrasah, hidup madrasah, semoga terus jaya,” teriak lantang Nur Syam
mengawali pidatonya.
Dikatakannya, bahwa yang hadir di tempat ini adalah para penyelenggara
Madrasah Diniyah Takmiliyah, mereka adalah pejuang, berjuang tak kenal
lelah, dan pantang menyerah yang datang dari seluruh penjuru Indonesia.
“Mereka adalah orang-orang yang sangat berjasa mendidik anak-anak bangsa
ini,” ujarnya.
Meskipun, lanjut Nur Syam, para penyelenggara madrasah diniyah yang
tergabung dalam Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT), tanpa
diimbangi tunjangan gaji yang cukup, meski tak ada bantuan yang cukup,
meski tak ada tunjangan yang memadai. Mereka tetap berjuang tanpa kenal
lelah, mendidik anak-anak hingga menjadi anak yang berguna bagi agama
dan bangsa. “Mereka kerahkan segala tenaga, pikiran, dan dana pribadi
tanpa mengharap imbal balik,” ungkapnya.
Karenanya, mereka patut dipikirkan untuk berpartisipasi dalam
meningkatkan kesejahteraan mereka. “Tidak hanya dari Kemenag, tapi juga
dari instansi daerah, khususnya Pemda,” harap Nur Syam.
Wassalam.......
By Mr.Chamoed (Direktur DTA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar