Guru nuntun kesugihan dunya akhirat
Yen gelema pada buka neng syahadatSeorang
salik (pelaku tarekat) adalah ibarat kertas putih yang belum terlukis,
atau tepung terigu yang belum menjadi makanan. Sedangkan Guru Mursyid
ibarat seorang seniman yang akan melukis di kertas putih atau seorang
koki yang akan membuat makanan dari bahan dasar tepung.
Kepasrahan
seorang salik menentukan keberhasilah dalam menjalankan tuntunan
tarekatnya. Semakil salik tuntuk kepada gurunya maka semakin cepat dia
wushul mendapatkan hakekat kehidupan. Ibarat orang buta yang dituntun
namun ragu dengan orang yang menuntunnya, maka jalan pun semakin lama
dan berat.
Dengan demikian salik harus punya rasa percaya kepada
gurunya. Sejenak saja salik meragukan gurunya maka nasehat yang
diajarkan oleh gurunya tidak akan bermanfaat.
ان المعلم والطبيب كلهما # لم ينصحان ادا هما لم يكرما
"Sesungguhnya
Guru dan Dokter, keduanya tidak akan memberikan nasehat (menyembuhkan
penyakit), apabila keduanya tidak dimuliakan (tidak ditercaya, tidak
dihargai) oleh murid atau pasiennya"
Alkisah diceritakan, suatu
ketika Imam Ghazali shalat berjamaah dengan adiknya Syaikh Muhammad.
Namun, entah mengapa tiba-tiba Syaikh Muhammad mufarraqah (memisahkan
diri dari jamaah) dengan Imam Ghazali. Setelah selesai shalat Imam
Ghazali memohon kepada ibunya untuk bertanya kepada adiknya kenapa dia
mufarraqah, dan adakah yang tidak sah di dalam shalatnya.
Kemudian
ibunda Imam Ghazali bertanya kepada Syaikh Muhammad: "Muhammad anakku,
kenapa engkau tadi dalam shalat mufarraqah dengan kakakmu? Adakah yang
tidak sah pada Ahmad (Imam Ghazali)?"
Syaikh Muhammad menjawab: "Aku
tadi melihat kangmas Ahmad dalam shalat seluruh badannya penuh dengan
darah, sehingga tidak mungkin aku meneruskan makmun dengan beliau"
Sang
ibunda pun menceritakan hal tersebut kepada Imam Ghazali.
"Astaghfirullah, aku baru ingat, sebelum shalat aku memikirkan tentang
darah haid. Karena bab tentang darah haid ini merupakan hal yang rumit
sampai-sampai ketika aku shalat menjadi imam tadi aku teringat terus
akan darah haid"
Imam Ghazali pun menyadari bahwa pasti gurunya
Syaikh Muhammad adalah orang alim dan hebat. Bertanyalah Imam Ghazali
kepada adiknya perihal gurunya, dan dia berniat akan berguru dengan
gurunya tersebut.
Namun, adiknya tidak mau mengatakan siapa
gurunya lantaran malu akan keberadaan gurunya. Karena terus didesak,
adiknya pun mau mengatakannya. Ternyata guru adiknya adalah orang biasa
yang bekerjaan sehari-harinya sebagai tukan sol sandal di pasar.
Hal
tersebut tidak mengurungkan niat Imam Ghazali belajar kepada beliau.
Setelah beliau menemukannya beliau meminta guru tersebut untuk
mengangkat imam Ghazali sebagai muridnya. Namun, permintaan tersebut
ditolak oleh guru lantara imam Ghazali adalah imam besar dan mulia.
Sedangkan beliau hanyanya tukang sol sepatu.
Walaupun sudah
ditolah imam Ghazali tetap keukeuh ingin menjadi muridnya, sehingga imam
Ghazali menunggu selama tiga hari tiga malam di lapak guru tersebut.
Karena, keyakinan imam Ghazali kepada guru lah yang membuat beliau mau
menerimanya menjadi murid.
Maring Guru kang percaya dulur pomah
Zaman akhir sapa kang momong agama
Ingkang momong bangsa turunane nabi
Turun olih perintah sing Allahu Rabbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar